Deputi Bidang Industri Agro Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Wahyu Kuncoro menyatakan PTPN memiliki kapasitas terpasang yang belum terpakai sebesar 14 ribu ton. "Estimasinya kami akan serap sebesar itu, harga kayu dan harga batu bata atau harga engsel pintu dan harga pasir atau harga genteng dan harga air cooler atau harga rolling door dan harga triplek atau harga wallpaper dinding dan harga cat besi kami petakan 3 bulan ke depan," kata Wahyu di Jakarta, Senin (25/2) malam.
Menurutnya, hasil uji coba penyerapan karet sebanyak 250 ton akan digunakan sebagai pasokan bahan baku. Namun, PTPN V siap menjual hasil olahan karet dalam bentuk karet remah standar Indonesia (SIR 20). Dia menambahkan penugasan serapan PTPN menjadi upaya untuk membantu peningkatan harga karet petani rakyat.
Wahyu mengungkapkan, perusahaan BUMN akan menerapkan sistem lelang dalam pembelian karet rakyat. Namun, menurutnya PTPN V siap membeli karet petani dengan harga tinggi yakni sekitar Rp 8.700 per kilogram dalam proyek percobaan penyerapan 250 kilogram karet.
Harga tersebut berada di atas harga rata-rata petani masih sebesar Rp 7.800 per kilogram. "Kami akan beli harganya di atas harga lelang," ujar Wahyu.
Sebelumnya, tiga negara produsen karet terbesar dunia yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand sepakat membatasi ekspor 200 ribu ton hingga 300 ribu ton karet melalui Agreed Export Tonnage Scheme (AETS). Kebijakan itu diputuskan berdasarkan Pertemuan Menteri ITRC sebagai cara untuk mengerek harga karet di pasar dunia.
Pertemuan yang digelar di Bangkok, Thailand, pada 22 Februari 2019 dipimpin oleh Menteri Pertanian dan Kerja Sama Thailand Grisada Boonrach. Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution hadir mewakili Indonesia serta Menteri Industri Primer Malaysia Teresa Kok ikut serta sebagai delegasi Malaysia.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan Kasan sebagai anggota Board of Directors ITRC juga hadir dalam pertemuan. "Perjuangan usulan Indonesia untuk implementasi AETS disepakti ketiga anggota ITRC," kata Kasan, akhir pekan lalu.
Dalam pernyataannya, ketiga menteri ITRC berharap harga karet tetap meningkat sampai level yang menguntungkan para petani. "Jika harga karet melonjak, para petani pasti bersemangat untuk tetap menanam dan memanen komoditas karet," bunyi laporan ITRC.
Selain pembatasan ekspor, ketiga negara tetap melanjutkan memenuhi permintaan karet domestik. Ketiga negara telah memiliki strategi masing-masing untuk menggenjot penyerapan di dalam negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar